Semangat Pahlawan Nasional dan Harapan Generasi Millenial

Semangat Pahlawan Nasional dan Harapan Generasi Millenial


Pada 10 November 1945, Gubernur Jawa Timur, R.M.T. Ario Soerjo mengajak seluruh elemen masyarakat Surabaya meneguhkan tekad, keberanian, dan persatuan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Seruan yang berdampak kepada generasi muda menikmati kemerdekaan saat ini. Masihkah kita sadar untuk memperingati, merenungkan, mengheningkan cipta, serta mengirimkan doa pada mereka yang berjasa sebagai pahlawan walau hanya sejenak saja.

Mari kita kembali mengingat pada masa sekolah dasar di mana gambar-gambar pahlawan tertempel di dinding kelas di bawah ventilasi berjejeran melingkar dengan posisi gambar tegap. Gambar-gambar itu seperti mengawasi kita dengan tatapan tegas tanpa eksperesi didalam ruang persegi. Tanpa sadar kita telah diberikan energi oleh gambar-gambar itu untuk belajar lebih giat lagi untuk menggapai mimpi kita saat itu. Pahlawan itu seakan menghantui kita untuk tetap berjuang dan berusaha mempertahankan cita-cita individu dan bangsa.

Namun sampailah kita di persimpangan generasi muda yang disebut generasi millenial yang pengembaraannya melalui gawai serba instan yang memanjakan. Generasai millennial adalah generasi yang bebas dan sulit untuk diterka karena pemikirannya cenderung terpaku pada teknologi. Perkembangan teknologi membuat kita berpikir praktis untuk menanggalkan esensi dan substansi. Mungkin kita akan berpikir saat ini bahwa gambar-gambar pahlawan yang tergantung di dinding lebih baik ditanggalkan kemudian diberikan gambar mural Spiderman, Batman, Iron Man dan pahlawan-pahlawan imajiner lainnya yang telah menyelamatkan dunia yang maya. 

Apalah daya pahlawan nasional yang hanya dilengkapi dengan senjata tua tradisional jika dibandingkan dengan pahlawan imajiner yang punya mobil mewah dilengkapi senjata canggih yang modern. Tapi tahukah kita bahwa pahlawan nasional mempengaruhi kondisi psikologis dalam pencarian makna hidup?

Gillian Coughlan bersama rekannya telah melakukan sebuah penelitian dan diterbitkan dengan judul, On boredom and perceptions of heroes: a meaning- regulation to approach to heroism pada tahun 2017. Penelitian itu menunjukkan bahwa nilai kepahlawanan membantu individu untuk memperbaiki makna diri dan memotivasi diri. Nilai-nilai kepahlawanan akan selalu bertahan untuk berjuang seperti pahlawan memperjuangkan kemerdekaan saat mengenal dan menyelami seorang pahlawan. Pahlawan dapat mempengaruhi cara untuk berpikir, bertindak, dan merasa, memiliki kharisma, daya tarik, serta memberikan inspirasi. 

Pahlawan kita amat berbudi luhur dan berani, sebab telah mengorbankan semua hal dalam hidupnya untuk kepentingan masa depan bangsa dan anak cucunya adalah kita yang menikmati perjuangannya sampai titik darah penghabisan.

Kita sudah ada pada masa ketika tak terdengar lagi suara-suara tembakan antara penjajah dan pejuang. Malam bukan lagi waktu yang mengkhawatirkan untuk istirahat, melainkan malam telah kita nikmati untuk beristirahat dengan tenang bahkan beraktivitas malam dengan aman tanpa ancaman. Kebaikan pahlawan ini telah diungkap sebelumnya oleh Kinsella, Ritchie dan Igou dalam penelitiannya Zeoring in on herois: a prototype analysis of hero features pada tahun 2015 bahwa fungsi pahlawan untuk menyimpan, menanamkan harapan, dan persahabatan, membuat dunia menjadi lebih baik, dan mengingatkan tentang kebaikan dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa pahlawan telah menebarkan kebaikan melalui perilaku dan kepribadian yang dimiliki dengan semangat dan keberanian melalui kehidupannya.

Pahlawan adalah sosok yang penuh optimisme, meski mereka sendiri tidak melihat lagi kesuksesan yang akan diraih oleh bangsa yang telah diperjuangkan. Seorang pahlawan merasa tidak memiliki harga bila dibandingkan dengan harapan yang ada di masa depan.

Setelah menelisik pengaruh dari seorang pahlawan untuk kehidupan generasi muda saat ini, tentu saja sebagai generasi penerus yang digerogoti oleh produksi industri teknologi, kita tidak boleh hanyut di dalam dinding kecil gawai. Kita harus melakukan perubahan memulai hal kecil untuk mengubah kehidupan yang masih mementingkan diri sendiri bahkan cenderung narsis melalui media sosial.

Stereotype generasi millenial tentang karakter buruk harus diruntuhkan melalui perilaku nyata dengan memanfaatkan teknologi itu sendiri dengan menaruh harap dan semangat, menebar kebaikan untuk mengingatkan orang disekitar kita tentang optimisme kepahlawanan. Hari pahlawan nasional adalah kabar baik untuk generasi millenial, sebab menurut penelitian Caroline Beaton di majalah online Forbes ternyata generasi yang hidup ditengah teknologi cenderung lebih bekerja keras untuk berkembang dalam hal pengembangan diri. 

Generasi millenial saat ini hanya diperhadapkan pada kondisi berbeda tapi semangat, harapan, optimisme, dan tujuan tetap sama. Generasi millenial juga memiliki cara sendiri yang lebih modern yang berebeda tapi tidak boleh kehilangan jati diri. Sebagai elemen penerus bangsa, harus melakukan yang terbaik dengan belajar dari pahlawan. Belajar dan berusaha dengan semangat millenial. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenang sejarahnya sendiri.
      

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel