Sejarah dan Konsep Dasar Psikologi Transpersonal

Psikologi Transpersonal


Salah satu bagian menarik dari psikologi adalah munculnya aliran psikologi transpersonal. Penting untuk mempelajari sejarah dan konsep dasar Psikologi Transpersonal. Bila ditelusuri alur sejarah lahirnya aliran ini, pada dasarnya ia hadir diprakarsai oleh tokoh-tokoh psikologi yang prihatin terhadap kondisi masyarakat Barat modern waktu itu yang hidup dalam gelimang materi tetapi miskin secara spiritual. 

Psikologi transpersonal lahir dan tumbuh di tengah-tengah perubahan politik,budaya, dan agama di amerika pada 1960-an dan 1970-an. Gelombang yang menuntut persamaan hak, dimulaidari protes mahasiswa terhadap perang Vietnam sampai gerakan ekologi, pembebasan perempuan, dan hak-hak kaum homo seksual, melanda seluruh amerika dan akhirnya menyebrang ke Eropa. Di bawah protes itu, mengalir arus spiritual yang kuat.

Gereja-gereja dari kelompok minoritas kulit hitam memberikan inspirasi kepada gerakan persamaan hak. Gereja-gereja dari mayoritas kulit putih bergabung denagn demonstrasi anti-perang Vietnam. Tokoh-tokoh radikal seperti Jerry Rubin, Michael Rossman, Lou Krupnik, Renpio Davis, dan Noel Mclnnis menggambarkan perjuangan mereka dengan tema-tema spiritual dan akhirnya malah ditujukan untuk pencapaian spiritual.

Sejarah Lahirnya Psikologi Transpersonal


Secara etimologi, transpersonal sendiri berakar dari kata trans dan personal. Trans artinya di atas (beyond, over) dan personal adalah diri. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa transpersonal membahas atau mengkaji pengalaman di luar atau batas diri, seperti halnya pengalaman-pengalaman spiritual

Dapat disebutkan di sini misalnya Anthony Sutich (1907-1976), pendiri The Journal of Humanistic Psychology, sebagai pendiri mazhab psikologi transpersonal. Ia mengumpulkan tokoh-tokoh yang punya paham yang sama di rumahnya di California. Mereka membahas secara informal topik-topik yang tidak diperhatikan oleh psikologi humanistik dan gerakan potensi manusia waktu itu. Pertemuan itu dihadiri antara lain, Abraham Maslow (1908-1970), tokoh psikologi humanistik yang mempopulerkan peak experience (pengalaman puncak).

Diskusi berlangsung sangat menarik, bukan karena topik yang dibicarakan sangat beragam, melainkan karena Sutich yang memimpin diskusi dalam kondisi berbaring akibat serangan penyakit kronis. Ia memimpin diskusi dengan menggunakan cermin diatas kepalanya. Stanislav Grof (1931), Maslow, dan Victor Frankl (1905-1997) kemudian mengusulkan istilah transpersonal bagi gerakan psikologi yang mereka rintis.

Bersama tokoh-tokoh psikologi humanistik lainnya, Sutich mendirikan The Journal of Transpersonal Psychology (JTP) pada tahun 1969. Jurnal ini mulai mengarahkan perhatiannya pada dimensi spiritual manusia. Penelitian yang dilakukan untuk memahami gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience, pengalaman mistis, ekstasi, kesadaran ruhaniah, kesadaran kosmis, aktualisasi transpersonal pengalaman spiritual dan kecerdasan spiritual. 

Gambaran selintas tentang psikologi transpersonal ini menunjukkan bahwa aliran ini mencoba untuk menjajagi dan melakukan telaah ilmiah terhadap suatu dimensi yang sejauh ini lebih dianggap sebagai bidang garapan kaum kebatinan, ruhaniawan, agamawan, dan mistikus. Sekalipun masih dalam taraf telaah awal. Psikologi transpersonal menunjukkan bahwa di luar alam kesadaran biasa terdapat ragam dimensi lain yang luar biasa potensialnya. 

Bahkan Logoterapi sebagai suatu ragam psikologi Transpersonal yang ditemukan seorang neuropsikiater dari Wina Austria,Viktor E. Frankl, ini malah dengan tegas mengakui adanya dimensi spiritual, di samping dimensi somatis dan dimensi psiko-sosial dalam diri manusia. Dimensi tersebut oleh Frankl dinamakan dimensi noetic atau dimensi spiritual yang harus dibedakan dari dimensi psikis.

Pandangan tentang dimensi spiritualitas dalam Logoterapi Frankl ini hingga mendapatkan acungan jempol yang tinggi dari Malik B. Badri sebagai pendekatan psikologis yang optimis dan banyak kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip Islam maupun pandangan masyarakat Timur tentang manusia. Sehingga, meskipun disadari bahwa ilmu Psikologi lahir dari budaya sekuler dan karenanya dianggap tidak banyak menyentuh nilai baik dan buruk, hanya mengenal makna sehat serta sakit secara psikologis, bahkan menegasikan eksistensi Tuhan, namun demikian melalui Psikologi Transpersonal ini anggapan itu mulai dipertimbangkan kembali. 

Karena aliran psikologi ini sudah mulai meraba-raba wilayah yang sumbernya dari wahyu, yakni disamping membahas kecerdasan intelektual dan emosional, juga membahas kecerdasan spiritual. Mazhab Transpersonal merupakan madzhab keempat yang hadir untuk menjanjikan cinta terhadap sesama, kebahagiaan dan berupaya mengambil alih peran spiritualitas serta keyakinan pada metafisik ke dalam ranah ilmu pengetahuan.

Konsep Dasar Psikologi Transpersonal


  1. Pengalaman puncak, yakni istilah yang mula-mula dipakai oleh Maslow. Ia bermaksud meneliti pengalaman mistikal serta pengalaman-pengalaman lain pada keadaan kesehatan psikologis yang optimal, tetapi ia merasa bahwa konotasi-konotasi keagamaan dan spiritual akan terlalu membatasi. Oleh karena itu mulai menggunakan pengalaman puncak sebagai istilah yang netral. Penelitian tentang pengalaman puncak telah mengidentifikasi frekuensi, factor-faktor pemicu, factor-faktor psikososial, yang berkaitan dengannya, dan konsekuensi dari pengalaman puncak.
  2. Transendensi diri, yakni keadaan yang disitu rasa tentang diri meluas melalui defenisi-defenisi sehari-hari dan citra-citra diri kepribadian individual bersangkutan. Transendensi diri mengacu langsung akan suatu koneksi, harmoni atau kesatuan yang mendasar dengan orang lain dan dengan alam semesta.
  3. Kesehatan optimal, yang melampaui apa yang dimungkinkan dalam pendekatan-pendekatan lain dalam psikologi. Kesehatan jiwa biasanya dilihat sebagai penanganan yang memadai dari tuntutan-tuntutan lingkungan dan pemecahan konflik-konflik pribadi, namun pandangan psikologi transpersonal juga memasukan kesadaran, pemhaman diri, dan pemenuhan diri.
  4. Kedaruratan spiritual, yakni suatu pengalaman yang mengganggu yang disebabkan oleh suatu pengalaman (atau ‘kebangkitan”) spiritual. Pada umumnya, psikologi transpersonal berpendapat bahwa krisis-krisis psikologis dapat menjadi bagian dari suatu kebangkitan yang sehat dan bahwa kejadian-kejadian itu tidak selalu merupakan tanda-tanda psikopatologi.
  5. Spektrum perkembangan, yakni suatu pengertian yang memasukkan banyak konsep psikologi dan filsafat kedalam kerangka transpersonal. Secara filosofis, model ini adalah contoh dari filsafat perennial. Pandangan ini mengisyaratkan adanya tingkatan-tingkatan realitas dari tingkat material melalui tingkat yang berturutan mencakup sifat-sifat  dari tingkat-tingkat sebelumnya bersama-sama sifat-sifat yang muncul.
  6. Meditasi, yakni berbagai praktek untuk memusatkan atau menenangkan proses-proses mental dan memupuk keadaan transpersonal. Sama seperti conditioning merupakan metode kunci dalam behaviorisme, interprestasi serta katarsis merupakan metode kunci dalam psikoanalisa, maka meditasi adalah metode kunci bagi metode psikologi transpersonal


Psikologi Transpersonal dikembangkan oleh tokoh dari psikologi humanistik antara lain : Abraham Maslow, Antony Sutich, dan Charles Tart. Sehingga boleh dikatakan bahwa aliran ini merupakan perkembangan dari aliran humanistik.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel