Pengertian, Komponen dan Faktor Resiliensi



Pernahkah anda merasa kalah atau terpuruk pada suatu masa? Lalu apa yang anda lakukan saat hal-hal buruk itu terjadi? Beberapa orang tentu saja berusaha untuk bangkit, namun beberapa lagi akan memilih pasrah dan benar-benar kalah. 

Saat seseorang berusaha untuk bangkit dari situasi-situasi buruk itu, saat itulah kita dapat melihat resiliensi seseorang. Apa sebenarnya resiliensi itu?


Pengertian Resiliensi

Resiliensi merupakan sebuah proses dan bukan atribut bawaan yang tetap. Resiliensi lebih akurat jika dilihat sebagai bagian dari perkembangan kesehatan mental dalam diri seseorang yang dapat ditingkatkan dalam siklus kehidupan seseorang. 

Pengertian mendasar resiliensi adalah kapasitas kemampuan seseorang untuk menerima, menghadapi dan mentransformasikan masalah-masalah yang telah, sedang dan akan dihadapi sepanjang kehidupan. Resiliensi dapat digunakan untuk membantu seseorang dalam menghadapi dan mengatasi situasi sulit serta dapat digunakan untuk mempertahankan serta meningkatkan kualitas hidupnya.

Komponen Resiliensi

Karen Reivich bersama Andrew Shatte dalam bukunya yang berjudul The Resilience Factor, memaparkan tujuh komponen dari resiliensi, komponen tersebut adalah pengaturan emosi, kontrol terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian. 

Resiliensi dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi kemampuan kognitif, gender, dan keterikatan seseorang dengan budaya, serta faktor eksternal dari keluarga dan komunitas. Seseorang yang resilien, memiliki kemampuan untuk mengkontrol emosi, tingkah laku dan atensi dalam menghadapi masalah. 


  1. Regulasi emosi, adalah kemampuan untuk tetap tenang dalam kondisi yang penuh tekanan. Seseorang yang memiliki kemampuan meregulasi emosi dapat mengendalikan dirinya apabila sedang kesal dan dapat mengatasi rasa cemas, sedih, atau marah. Sehingga mempercepat dalam pemecahan suatu masalah. Pengekspresian emosi, baik negatif ataupun positif, merupakan hal yang sehat dan konstruktif asalkan dilakukan dengan tepat. Pengekpresian emosi yang tepat merupakan salah satu kemampuan individu yang resilien.
  2. Pengendalian impuls, merupakan kemampuan mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang. Pribadi dengan pengendalian impuls rendah sering mengalami perubahan emosi dengan cepat yang cenderung mengendalikan perilaku dan pikiran. Seseorang mudah kehilangan kesabaran, mudah marah, impulsif, dan berlaku agresif pada situasi-situasi kecil yang tidak terlalu penting, sehingga lingkungan sosial di sekitarnya merasa kurang nyaman yang berakibat pada munculnya permasalahan dalam hubungan sosial.
  3. Optimisme, seseorang yang resilien adalah pribadi yang optimis. Seseorang memiliki harapan di masa depan dan percaya dapat mengontrol arah hidupnya. Dibandingkan dengan individu yang pesimis, individu yang optimis lebih sehat secara fisik, tidak mengalami depresi, berprestasi lebih baik di sekolah, lebih produktif dalam kerja, dan lebih berprestasi dalam olahraga. Optimisme mengimplikasikan bahwa dirinya percaya dapat menangani masalah-masalah yang muncul di masa yang akan datang.
  4. Empati, menggambarkan bahwa seseorang mampu membaca tanda-tanda psikologis dan emosi dari orang lain. Empati mencerminkan seberapa baik individu mengenali keadaan psikologis dan kebutuhan emosi orang lain. 
  5. Analisis penyebab masalah, yaitu merujuk pada kemampuan seseorang untuk secara akurat mengidentifikasi penyebab-penyebab dari permasalahan seseorang. Jika seseorang tidak mampu memperkirakan penyebab dari permasalahannya secara akurat, maka dirinya kerap akan membuat kesalahan yang sama. 
  6. Efikasi diri, merupakan keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Seseorang dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Seseorang tidak merasa ragu karena memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Pribadi ini akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang dialami.
  7. Peningkatan aspek positif, resiliensi merupakan kemampuan yang meliputi peningkatan aspek positif dalam hidup. Seseorang yang meningkatkan aspek positif dalam hidup, mampu melakukan dua aspek ini dengan baik, yaitu: (1) mampu membedakan risiko yang realistis dan tidak realistis, (2) memiliki makna dan tujuan hidup serta mampu melihat gambaran besar dari kehidupan. Seseorang yang selalu meningkatkan aspek positifnya akan lebih mudah dalam mengatasi permasalahan hidup, serta berperan dalam meningkatkan kemampuan interpersonal dan pengendalian emosi.


Faktor Resiliensi 

Dalam buku A Guide to promoting resilience in children: Strengthening the human spirit, dijelaskan faktor yang memberi pengaruh pada resiliensi seseorang. 


  1. I Am, merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti tingkah laku, perasaan, dan kepercayaan yang terdapat dalam diri seseorang. Faktor I am ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: a) Bangga pada diri sendiri Individu memiliki rasa bangga terhadap dirinya sendiri serta mengetahui dan menyadari bahwa dirinya adalah seseorang yang penting. Selain itu, individu juga tidak akan membiarkan orang lain menghina dan meremehkannya. Oleh karena itu, individu harus mampu bertahan dan menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Salah satu yang dapat membantu untuk bertahan dalam menghadapi masalah adalah kepercayaan diri yang tertanam dalam diri masingmasing individu. b) Perasaan dicintai dan sikap yang menarik Individu dapat mengatur sikap ketika menghadapi respon-respon yang berbeda ketika berbicara dengan orang lain. Individu akan mampu bersikap baik terhadap orang-orang yang menyukai dan mencintainya. Individu mampu merasakan mana yang benar dan mana yang salah serta ingin ikut didalamnya. Individu mempunyai kepercayaan diri dan iman dalam moral dan kebaikan, serta dapat mengekspresikannya sebagai kepercayaan terhadap Tuhan dan manusia yang mempunyai spiritual yang lebih tinggi. c) Mencintai, empati, altruistik Ketika seseorang mencintai orang lain, maka individu tersebut akan peduli terhadap segala sesuatu yang terjadi pada orang yang dicintainya. Adanya ketidaknyamanan dan penderitaan jika orang yang dicintai terkena masalah, kemudian menimbulkan adanya keinginan untuk menghentikan penderitaan tersebut. d) Mandiri dan bertanggung jawab Tanggung jawab berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tiap-tiap manusia sebagai makhluk Allah bertanggung jawab atas perbuatannya. Manusia mempunyai kebebasan untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Individu juga harus mampu menerima segala konsekuensi dari tindakan tersebut. Seseorang mampu mengerti dan memahami batasan-batasan terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan.
  2. I Have, merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi resiliensi yang berasal dari luar. Adapun sumber-sumbernya, adalah: a) Struktur dan aturan rumah di dalam keluarga ada aturan-aturan yang harus ditaati oleh setiap anggota keluarga yaitu adanya hukuman dan peringatan jika aturan tersebut tidak dilaksanakan. Sebaliknya, jika peraturan itu dilaksanakan akan diberikan pujian atau bahkan akan diberikan reward. b) Role Models Role models yaitu orang-orang yang dapat menunjukkan apa yang individu harus lakukan seperti informasi terhadap sesuatu dan memberi semangat agar individu mengikutinya c) Mempunyai hubungan, selain dukungan dari orang-orang terdekat seperti suami, istri, orang tua, dan anak, seseorang juga membutuhkan dukungan dan cinta dari orang lain yang dianggap mampu memberikan kasih sayang yang mungkin tidak dapat diperoleh dari orang-orang terdekat.
  3. I Can, merupakan salah satu faktor resiliensi yang berkaitan dengan kompetensi sosial dan interpersonal seseorang. Bagian-bagian faktor I Can, adalah: a) Mengatur berbagai perasaan dan rangsangan Individu mampu mengenali rangsangan, dan segala jenis emosi kemudian menunjukkan dalam bentuk kata-kata ataupun tingkah laku dan perbuatan. Individu juga mampu mengatur rangsangan untuk berbuat kekerasan terhadap orang lain seperti memukul, merusak barang, dan perbuatan lainnya. b) Mencari hubungan yang dapat dipercaya, seseorang mampu mendapatkan seseorang yang dapat dipercaya untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya, diajak berdiskusi, ataupun dimintai pertolongan. Kepercayaan kepada orang lain berarti percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap sejumlah kebenarannya. c) Ketrampilan berkomunikasi, kemampuan seseorang untuk menunjukkan pikiran dan perasaan kepada orang lain serta kemampuan untuk mendengar dan memahami perasaan yang dirasakan oleh orang lain. d) Mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain, kemampuan untuk dapat memahami temperamen dirinya sendiri dan temperamen orang lain baik ketika diam, mengambil risiko ataupun ketika bertingkah laku. Dengan adanya kemampuan untuk memahami temperamen seseorang, maka akan membantu individu dalam berkomunikasi. e) Kemampuan memecahkan masalah, kemampuan seseorang dalam menilai suatu masalah, kemudian mencari hal-hal yang dibutuhkan dalam usaha pemecahan masalah tersebut. Seseorang dapat membicarakan masalah-masalah yang sedang dihadapinya dengan orang lain. Kemudian menemukan pemecahan masalah yang sesuai. Individu akan tetap bertahan pada masalah itu sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. 


Seseorang yang beresiliensi harus memiliki tiga faktor tersebut, yaitu I am, I have dan I can. Mereka yang hanya memiliki salah satu faktor saja tidak termasuk orang yang beresiliensi. 

Referensi

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor. New York: Broadway Books

Grotberg, E. (1995). A Guide to promoting resilience in children: Strengthening the human spirit. Benard Van Leer Foundation.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel