Proses Bahagia, Uang dan Tindakan Prososial Kita



Bagaimana kebahagiaan tercipta? Pertanyaan ini sudah ada sejak lama. Para filsuf bahkan merumuskan beberapa hal. Meskipun demikian, bukan berarti pertanyaan itu telah terjawab. Bahkan, untuk saat ini orang-orang terus mencari dan menemukan beberapa kemungkinan jawaban yang sesuai. Lara B. Aknin dan Elizabeth W. Dunn yang berasal dari Fakultas Psikologi, University of British Columbia bersama dengan  Michael I. Norton dari Marketing Department, Harvard Business School mencoba memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Lihat juga: Orang baik konon tak bisa kaya, benarkah?

Sumber kebahagiaan bagi setiap orang berbeda-beda, namun ada beberapa hal yang bila dilakukan mampu memberikan efek bahagia tersebut. Salah satu yang dapat kita pelajari dari penelitian Lara B. Aknin bersama dua orang rekannya adalah cara untuk menciptakan kebahagiaan yang terus berlanjut. Penelitian mereka kemudian dipublikasikan dengan judul Happiness Runs in a Circular Motion: Evidence for a Positive Feedback Loop between Prosocial Spending and Happiness. Bila berkaca pada judul penelitian mereka, kita akan bertanya-tanya, benarkah pengeluaran prososial dapat membuat kita berbahagia? Tentu saja, teman-teman paham bahwa ada orang-orang yang memilih menggunakan uang atau penghasilannya untuk diri sendiri. Namun, ada pula orang yang rela berbagi dan menggunakan uangnya untuk kegiatan-kegiatan yang menolong orang lain. Menurut penelitian mereka, orang-orang yang rela berbagi penghasilan atau uang untuk kegiatan sosial cenderung merasakan hidup yang lebih bahagia. Benarkah?

Menghabiskan uang untuk orang lain dapat memberikan siklus bahagia yang memadai. Konsep tersebut berusaha dibuktikan melalui penelitian yang melibatkan 51 peserta dari University of British Columbia. Mengingat fakta bahwa tingkat kebahagiaan seseorang berbeda-beda, sulit untuk membentuk cara agar kebahagiaan dapat tercipta. Namun, langkah yang dilakukan peneliti adalah mencoba mencari cara agar rasa bahagia yang dapat kita temukan mampu bertahan lebih lama dan berkelanjutan. Beberapa strategi untuk mewujudkan hal tersebut ditemukan, seperti menulis jurnal harian. Hal itu membuka ruang bagi peneliti, untuk ikut mencari cara agar menemukan langkah baru. Konsep utama dari menciptakan kebahagiaan adalah membiarkan emosi positif dalam diri berkembang. Hal itu membuat peneliti mencoba mengajak para partisipan untuk mengingat kembali pengalaman baik saat bersedia menggunakan uangnya untuk kepentingan orang lain. 

Lihat juga: 4 penelitian terbaru tentang uang dan kebahagiaan

Partisipan kemudian diminta mengingat kapan terakhir kali mereka menghabiskan atau mengeluarkan uang sebanyak $20 atau $100 untuk diri sendiri maupun orang lain. Setelah itu, partisipan diminta untuk mengisi skala yang mengukur kebahagiaan dari hasil mengingat tersebut. Selanjutnya, partispan dihadapkan pada empat kondisi setelah diskenariokan bahwa mereka mendapat jumlah uang tertentu. Mereka diminta memilih beberapa kemungkinan, antara lain menggunakan untuk diri sendiri, atau orang lain. Disediakan kartu A, B, C dan D. Partisipan bebas membacanya dan diberitahu bila asisten peneliti tak mengetahui bacaan di kartu sehingga partisipan bebas memilih sesuai keinginan. Langkah ini bertujuan untuk melihat, apakah orang yang dulunya menghabiskan uang untuk orang lain dan merasa bahagia, akan mengulang hal itu kembali atau tidak. 

Hasilnya adalah orang-orang yang menggunakan uang mereka untuk membantu orang lain membuat mereka memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Tingkat kebahagiaan yang tinggi memungkinkan seseorang melakukan tindakan prososial. Hal tersebut diakibatkan oleh proses emosi positif yang berkembang dan membangun kondisi psikologis seseorang lebih baik. Strategi untuk membangun kebahagiaan melalui tindakan prososial dianggap mampu memberikan kebahagiaan yang berkelanjutan. Proses tersebut dianggap dapat membentuk proses bahagia seseorang di masa yang akan datang. 

Lihat juga: Karakter orang-orang yang rela berbagi

Tentu saja, teman-teman bisa mencoba menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari. Sederhananya, cukup bagikan uang atau penghasilan pada orang lain atau kegiatan amal, dan itu akan memberikan kesenangan psikologis. Hingga akhirnya mengulang dan membentuk pola yang dijelaskan dari hasil penelitian Lara B. Aknin bersama rekan-rekannya.  


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel