Bibliotheraphy: Bagaimana Buku dan Bacaan Menjadi Sebuah Terapi



Apakah anda pernah berpikir untuk mimlih buku sebagai terapi? Saat berurusan dengan masalah pribadi seperti kecemasan dan depresi atau kesedihan, kadang-kadang sulit untuk memahami apa yang terjadi dalam pikiran dan tubuh Anda, terutama jika Anda tidak memiliki pengalaman lain untuk membandingkannya. Biblioterapi bertujuan untuk menjembatani kesenjangan ini dengan menggunakan bacaan untuk membantu Anda meningkatkan kehidupan Anda dengan memberikan informasi, dukungan, dan bimbingan dalam bentuk kegiatan membaca melalui buku dan cerita.

Charles Tebbets dalam bukunya Miracles on Demand, yang kini telah menjadi buku klasik di dunia hipnoterapi, menyatakan bahwa sebagian besar perilaku maladaptif adalah hasil dari respon penyesuaian yang tidak tepat, yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan masa kecil, yang tidak sesuai dengan situasi atau kondisi saat dewasa.


Respon penyesuaian yang tidak tepat ini didorong oleh (sistem) kepercayaan / belief yang dipegang seseorang yang menjadi landasan pijak berpikir, berucap, bertindak, dan berperilaku.Ada banyak cara untuk mengubah kepercayaan, dari masa kecil atau remaja, yang tidak kondusif untuk hidup klien dewasa. Terapis bisa melakukan reedukasi baik saat dalam kondisi sadar atau dalam kondisi pikiran yang rileks (deep hypnosis). Bila dilakukan dalam kondisi sadar normal biasanya terapis akan menunjukkan, dengan menggunakan logika pikiran sadar, bahwa apa yang diyakini klien sebagai hal yang benar atau baik ternyata berpengaruh negatif terhadap hidup klien. Agar bisa hidup nyaman klien perlu meninggalkan kepercayaan ini dan mengadopsi kepercayaan baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan hidup klien.

Konsep membaca sebagai cara untuk membantu memfasilitasi proses penyembuhan dan memenuhi tujuan terapi adalah strategi umum yang ditemukan dalam banyak pendekatan treatment. Namun, apa yang membedakan biblioterapi dari teori-teori psikoterapi lainnya yang sudah mapan seperti terapi behavior-kognitif, adalah kenyataan bahwa seorang terapis biasanya akan memandang biblioterapi sebagai pendekatan terapeutik, dan oleh karena itu, menggunakannya sebagai bagian tambahan dari proses treatment.

Sebab biblioterapi sering digunakan untuk mendukung bentuk-bentuk terapi lain, itu sesuai untuk situasi tipe individu dan kelompok, dan untuk orang-orang dari segala usia. Sudah biasa melihat terapis menggunakan cerita saat bekerja dengan klien yang lebih muda seperti anak kecil atau remaja.

Ketika digunakan dalam pengaturan terapi kelompok, biblioterapi memungkinkan peserta untuk memberikan dan menerima umpan balik tentang interpretasi mereka terhadap literatur dan bagaimana hal itu berkaitan dengan masalah mereka. Ini juga membantu meningkatkan komunikasi dan mendorong lebih banyak percakapan dan koneksi mendalam untuk para peserta.


Melalui penggunaan cerita melalui buku fiksi dan nonfiksi, puisi, drama, cerita pendek, serta bahan self-help, seorang terapis dapat membantu Anda mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kekhawatiran yang sedang dialami. 

Salah satu alasan yang lebih menarik untuk menggunakan biblioterapi adalah bahwa hal itu dapat membantu Anda melihat atau memahami  orang lain, seperti karakter dalam buku, membahas dan menangani masalah yang sama. Ketika Anda mengidentifikasi dengan karakter fiksi atau non-fiksi, terutama pada tingkat emosional, Anda dapat melihat bahwa ada orang lain yang juga menjalani dan mengatasi masalahnya.

Untuk membuat hubungan ini menjadi lebih kuat, dan membantu menormalkan proses treatment, seorang terapis dapat memilih buku dengan karakter yang mencari bantuan untuk tantangan interpersonal atau intrapersonal yang dihadapi pasien.

Sementara membaca, secara umum, bermanfaat bagi hampir semua orang, biblioterapi secara khusus berguna untuk masalah-masalah berikut:

Kegelisahan
Depresi
Penyalahgunaan zat
Gangguan Makan
Masalah hubungan
Kekhawatiran eksistensial seperti isolasi, tidak berarti, kebebasan, dan kematian

Biblioterapi mungkin sangat relevan untuk masalah-masalah yang melibatkan hubungan interpersonal, seperti mengelola kemarahan atau perilaku yang sesuai secara sosial dan hubungan intrapersonal, seperti rasa malu atau depresi. “Masalah tentang bagaimana menangani kesedihan, penolakan, atau hampir semua hal buruk seperti rasisme, seksisme, ageism, juga dapat diatasi melalui biblioterapi.


Saat menggunakan biblioterapi, seorang terapis dapat memilih referensi self-help untuk orang dengan kecemasan atau masalah kesehatan mental lainnya. Atau, mereka dapat memilih cerita dengan karakter fiksi yang berhubungan dengan kesedihan dan trauma karena kehilangan orang yang dicintai untuk klien yang baru-baru ini mengalami kematian dalam keluarga.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel