LGBTQ+: Mengenal Biseksual dalam Psikologi


Pernahkah teman-teman mendengar istilah biseksual? GLAAD.org dalam laporannya di tahun 2017 menjelaskan bahwa 13% populasi di Amerika Serikat terbukti biseksual. Tapi sebenarnya, apakah biseksual itu? Bagaimana seseorang dapat menjadi biseksual?

Alfred Charles Kinsey, seorang ahli biologi dan seksolog menjelaskan bahwa urusan seksualitas tidak hanya berkisar pada heteroseksual dan homoseksual, melainkan juga dapat menyentuh dua wilayah tersebut. Dari Kinsey, penelitian perihal seks mulai berkembang. Bahkan dia dianggap menjadi pencetus penelitian tema-tema seks. 


Secara sederhana, biseksual merupakan mereka yang menyimpan ketertarikan fisik, seksual dan emosional pada lawan bahkan sesama jenis hingga memiliki hasrat untuk melakukan hubungan intim. Richard von Krafft-Ebing, sebagai psikiater yang fokus pada masalah seks, menjelaskan bahwa biseksual adalah eksistensi dua seks biologis dalam satu spesies. Krafft-Ebing mengatakan bahwa biseksual bisa dikatakan sebagai psychosexual hermaphroditism.

Kinsey bahkan merumuskan skala untuk melihat bagaimana kecenderungan seseorang. Skala Kinsey, disebut juga sebagai Skala Peringkat Heteroseksual-Homoseksual (Heterosexual–Homosexual Rating Scale). 

Skala tersebut digunakan dalam penelitian mengenai orientasi seksual seseorang berdasarkan respon atau yang seseorang alami pada titik waktu tertentu. Skala Kinsey berkisar antara 0 (heteroseksual penuh) sampai 6 (homoseksual penuh). Satu skala tambahan yaitu “X” memperlihatkan ketidakadaan reaksi atau kontak sosio-seksual. Skala Kinsey diterbitkan di dalam dua penelitian yang berjudul Sexual Behavior in the Human Male (1948) dan Sexual Behavior in the Human Female (1953) oleh Alfred Kinsey bersama koleganya.


Penyebab utama dari biseksualitas biasanya lahir dari berbagai faktor seperti sosial, dorongan seksual, hormon prenatal, struktur otak, dan kromosom. Penting untuk dipahami bahwa hal ini merupakan proses yang dapat terus berlanjut sepanjang masa sehingga perubahan atau kondisi yang berbeda kerap terjadi. Beberapa temuan penelitian tentang masalah ini juga menemukan bahwa  terdapat beberapa pemicu diantaranya, a) mendapatkan pola pengasuhan seksual yang sama, b) penolakan rekan dan pelecehan seksual, c) berada di dalam lingkungan bebas berpasangan, d) bereksperimen dengan kedua jenis kelamin, e) kecenderungan narsistik.

Biseksual kerap dianggap sebagai orang yang bingung pada orientasi seksualnya. Hasil penelitian terbaru yang dilakukan tim dari Northwestern University mengungkapkan temuan yang berbeda. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa tak ada siapa pun yang mampu menuntut seorang biseksual untuk “memilih” mana yang lebih disukainya, pria atau wanita. Seperti halnya dengan seorang heteroseksual tidak bisa dipaksa menjadi seorang homoseksual atau biseksual. Penelitian ini melibatkan kurang lebih 100 pria asal Chicago yang terdiri dari heteroseksual, homoseksual serta biseksual. Mereka kemudian dipasangi sensor pada alat genital mereka untuk mengukut tingkat ereksi saat menyaksikan video porno. Peneliti menemukan bahwa pria yang biseksual mengaku merasa terangsang oleh video porno yang melibatkan pemeran pria dan wanita. Sementara itu pria homoseksual dan heteroseksual tidak merasakan respon yang sama. Temuan ini juga diperkuat oleh hasil sensor genital.


Ellyn Ruthstrom, ketua Bisexual Resource Center di Boston, menjelaskan bahwa seseorang bisa mengekspresikan kecenderungan seksualnya dalam banyak cara. Bukan berarti jika Anda terangsang melihat seorang pria dan juga seorang wanita maka Anda adalah biseksual. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel