Peneliti: Ini Satu Kunci dalam Menemukan Orang yang Dapat Dipercaya


Pernahkah anda merasa dikhianti oleh orang yang telah anda percayai? Pengalaman dikhianati itu tentu akan membekas dan membuat kita berhati-hati. Di tengah kondisi yang semakin padat dan penat, kita butuh memiliki cara khusus untuk menjaga atau menemukan orang yang dapat dipercaya. Sekarang, penting untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri orang yang dapat dipercaya. Berbagai penelitian psikologi telah dilakukan untuk menemukan jawabannya. 

Salah satu penelitian yang mengkaji masalah tersebut dikaji oleh Emma E. Levine bersama tiga orang rekannya, berjudul Who Is Trustworthy?Predicting Trustworthy Intentions And Behavior. Tujuan utama peneliti itu adalah mencari karakter atau hal penting yang dapat membantu kita dalam memberi rasa percaya pada orang lain. 

Percaya pada orang lain, bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Namun, berdasarkan penelitian Emma dan rekannya yang dipublish pada akhir tahun 2018 berhasil menemukan sebuah jawaban. Menurut hasil penelitian mereka, orang-orang yang dapat dipercaya memiliki antisipasi rasa bersalah yang lebih tinggi. Penelitian yang diterbitkan Journal of Personality and Social Psychology ini menjelaskan bahwa bentuk antisipasi rasa bersalah membuat seseorang menjaga kepercayaan dengan sungguh-sungguh. Istilah ini disebut guilt-proneness, yang menjadi faktor terkuat dalam memprediksi bisa atau tidaknya seseorang dipercaya.  

Faktor ini menjadi hal paling penting, bahkan bila dibandingkan dengan sifat kepribadian lainnya dalam Teori Big Five. Sebenarnya Guilt-proneness berbeda dengan rasa bersalah pada umumnya. Bila rasa bersalah yang pada umumnya kita ketahui, seseorang akan mencoba untuk memperbaiki apa yang telah dia lakukan atau kesalahan yang telah diperbuat. Sedangkan guilt-proneness merupakan antisipasi dari rasa bersalah atau kesalahan. Sehingga ada bentuk usaha tersendiri yang dilakukan. Perasaan tersebut mendorong seseorang untuk berhati-hati pada tiap tindakan yang dilakukan. 

Orang-orang dengan tingkat guilt-proneness yang tinggi, memiliki rasa tanggung jawab interpersonal yang lebih besar saat dipercaya melakukan sesuatu dan bersungguh-sungguh menjaganya. Hanya saja, tentu kita akan dibuat bertanya-tanya, bagaimana cara untuk mengetahui orang-orang yang memiliki guilt-prononess itu sendiri? Sulit menjelaskan bagaimana untuk mendeteksi hal tersebut, namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sebuah game atau skenario khusus. Dalam game itu, peserta yang memiliki guilt-prononess cenderung lebih sensitif terhadap harapan orang lain, dia mampu menebak dan mengetahui kondisi pemain lainnya. Ada sebuah keyakinan untuk tidak mengecewakan orang lain atau teman. 

Pernyataan di atas sekiranya kurang lengkap dan memuaskan. Menaruh percaya pada orang lain butuh waktu tentu saja, hanya saja dengan mengingat dan mengetahui faktor guilt-prononess, itu menjadi salah satu langkah untuk berjaga agar tidak mudah ditipu atau dikhianati orang lain. Penemuan ini juga bisa menjadi ruang belajar bagi kita, untuk kembali bertanya tentang antisipasi rasa bersalah yang kita miliki. Kita dapat melakukan refleksi dan mengingat berbagai peristiwa, menjawab pertanyaan, apakah kita pantas dipercaya atau tidak? 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel