4 Hal yang Terjadi Pada Otak Saat Kita Stres



Barangkali hidup yang semakin cepat dan dipenuhi beragam keinginan akan rentan membawa kita merasakan stres. Berbagai temuan penelitian telah memperlihatkan bahwa stres dapat memberi pengaruh pada berbagai hal dalam diri kita, misalnya saja otak. Ternyata, ada beberapa hal yang akan terjadi pada bagian otak saat kita mengalami stres. Berbagai masalah yang ada di sekitar kita, dapat memicu terjadinya stres, tapi setidaknya kita berusaha untuk memahami kemungkinan yang terjadi saat stres menyerang kita. Sebisa mungkin, kita belajar untuk menghadapi stres dengan sebaik mungkin. 

Berikut empat hal yang terjadi pada otak saat kita mengalami stres:

1. Stres memberi pengaruh pada struktur otak kita

Hasil eksperimen oleh para peneliti dari University of California — Berkeley mengungkapkan bahwa stres kronis dapat menyebabkan perubahan jangka panjang pada struktur dan fungsi otak. Otak terdiri dari neuron dan sel-sel pendukung, yang dikenal sebagai “gray matter” yang bertanggung jawab untuk pemikiran tingkat pemikiran tingkat tinggi seperti pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Tetapi otak juga mengandung apa yang dikenal sebagai “white matter” yang terdiri dari semua akson yang terhubung dengan daerah lain dari otak untuk mengkomunikasikan beragam informasi. Hal itu disebut white matter, lantaran lemak, selubung putih yang dikenal sebagai mielin yang mengelilingi akson yang mempercepat sinyal listrik yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi ke seluruh otak.

Daniela Kaufer, seorang psikolog yang berfokus pada penelitian stres, menjelaskan bahwa tidak semua stres berdampak pada otak dan jaringan saraf dengan cara yang sama. Stres yang baik, atau jenis stres yang membantu kita berkinerja baik dalam menghadapi tantangan, membantu menghubungkan otak dengan cara yang positif, yang mengarah ke jaringan yang lebih kuat dan ketahanan yang lebih besar.




2 Stres membunuh sel-sel otak.

Para peneliti dari Rosalind Franklin University of Medicine and Science menemukan bahwa satu peristiwa stres sosial dapat membunuh neuron baru di hippocampus otak. Hippocampus adalah salah satu daerah otak yang sangat terkait dengan memori, emosi, dan pembelajaran. Ini juga salah satu dari dua area otak di mana neurogenesis, atau pembentukan sel-sel otak baru, terjadi sepanjang hidup.

Dalam percobaan itu, tim peneliti menempatkan tikus muda di kandang dengan dua tikus yang lebih tua dalam jangka waktu selama 20 menit. Tikus muda itu kemudian menjadi sasaran agresi dari penghuni kandang yang lebih dewasa. Kemudian pemeriksaan tikus muda menemukan bahwa mereka memiliki kadar kortisol hingga enam kali lebih tinggi daripada tikus yang tidak mengalami pertemuan sosial yang penuh tekanan.

Pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan bahwa walaupun tikus-tikus muda yang ditempatkan di bawah tekanan telah menghasilkan jumlah neuron baru yang sama dengan mereka yang tidak mengalami stres, ada pengurangan yang nyata dalam jumlah sel-sel saraf seminggu kemudian.

3. Stres dapat membuat bagian otak kita menyusut.

Bahkan di antara orang yang sehat, stres dapat menyebabkan penyusutan di area otak yang terkait dengan regulasi emosi, metabolisme, dan memori. Ada banyak hal yang dapat menjadi pemicu hingga kita menjadi stres. 

Dalam satu penelitian, para peneliti dari Universitas Yale mengamati 100 peserta yang memberikan informasi tentang peristiwa-peristiwa stres dalam hidup mereka. Para peneliti mengamati bahwa paparan stres, bahkan stres yang sangat baru, menyebabkan “grey matter” yang lebih kecil di prefrontal cortex, wilayah otak yang terkait dengan hal-hal seperti pengendalian diri dan emosi.

Stres sehari-hari tampaknya memiliki dampak kecil pada volume otak sendiri, tetapi mungkin membuat orang lebih rentan terhadap penyusutan otak ketika mereka dihadapkan dengan stres yang intens dan traumatis. “Akumulasi peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dapat membuatnya lebih menantang bagi orang-orang ini untuk menghadapi stres di masa depan, terutama jika peristiwa yang menuntut berikutnya memerlukan kontrol yang mudah, pengaturan emosi, atau proses sosial terpadu untuk mengatasinya,” jelas penulis utama studi tersebut, Emily Ansell.

4. Stres mengganggu cara kita mengingat.

Saat kita mengalami stres, secara tidak langsung kemampuan kita dalam mengingat akan berkurang. Stres yang relatif kecil dapat berdampak langsung pada memori kita, misalnya saja kita berusaha keras untuk mengingat di mana kunci mobil diletakkan atau di mana kita meninggalkan tas saat, terlebih jika kita tengah terlambat dan tertekan. 

Satu studi 2012 menemukan bahwa stres kronis memiliki dampak negatif pada apa yang dikenal sebagai memori spasial, atau kemampuan untuk mengingat informasi lokasi objek di lingkungan serta orientasi spasial. Sebuah studi pada tahun 2014 mengungkapkan bahwa kadar hormon stres kortisol yang tinggi terhubung dengan penurunan memori jangka pendek pada tikus yang lebih tua.

Baik hewan maupun manusia, saat mereka mengalami stres, kemampuan mengingat mereka menjadi berkurang. 

Selain empat hal tersebut, tentu saja masih ada kemungkinan lain yang dapat terjadi. Semoga saja, kita selalu bisa menghadapi stres dengan cara yang baik dan bijak.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel