Karakter Orang-Orang yang Rela Berbagi: Apakah Kamu Salah Satunya?
INDOPOSITIVE.org—Kira-kira
kapan terakhir kali anda melakukan sebuah donasi? Mungkin baru-baru ini anda
baru saja berdonasi setelah berbagai bencana yang melanda beberapa daerah di
Indonesia. Mungkin juga orang terdekat atau di sekitar anda baru saja menerima
donasi anda? Tentu menyenangkan bila kita mampu melakukan atau memberi donasi
pada sesame. Namun seringkali kita temui beberapa orang yang enggan melakukan
donasi. Beberapa lagi, terlihat gemar melakukan atau rela berbagi dan
memutuskan untuk berdonasi.
Mengeluarkan
uang untuk orang lain terbukti mampu memberikan kebahagiaan tersendiri.
Barangkali saja anda pernah merasakan ketika berbagi dengan sesama, secara
tidak langsung ada yang terasa berbeda dalam diri kita. Berkembangnya media
sosial membuat kita dengan mudah menemukan ruang donasi. Bahkan beberapa
platform didirikan untuk menjadi tempat khusus mengumpulkan donasi. Selain
uang, donasi sendiri juga dapat berupa waktu. Uang dan waktu menjadi sesuatu
yang penting untuk dibagi. Sekarang ini, donasi selain waktu dan uang bisa berupa
benda atau makanan. Namun dalam hal ini, hanya akan difokuskan pada dua hal
tersebut yaitu uang dan waktu.
Tapi
pertanyaannya, mengapa ada orang-orang yang sulit berdonasi?
Salah
satu penelitian yang berjudul Who Gives
What to Charity? Characteristics Affecting Donation Behaviour mencoba
melihat karakter dari orang-orang yang bersedia berbagi waktu sebagai relawan
dan orang yang bersedia menyumbangkan uangnnya. Penelitian ini dilakukan di
Taiwan oleh Yu-Kang Lee dan Chun Tuan Chang. Keduanya berasal dari National Sun
Yat Sen University. Hasil dari penelitian mereka sekaligus memberikan rujukan
tentang perilaku donasi dari sudut pandang perilaku orang Asia. Setelah
berbagai rujukan sebelumnya berasal dari sejumlah penelitian di Eropa. Salah
satu yang berbeda dalam perilaku donasi adalah masalah usia.
Mereka yang rela berdonasi
waktu
Di
Eropa, kegiatan relawan tidak dipengaruhi oleh usia. Dari berbagai kalangan
usia muda hingga dewasa, bersedia meluangkan tenaga dan waktunya untuk bekerja
sebagai relawan. Namun di Taiwan, atau di Asia sendiri – usia menjadi faktor penentu
dalam perilaku relawan. Hal tersebut diduga kehadiran organisasi non-profit
yang masih terbilang baru dan belum cukup berkembang. Berbeda dengan di Eropa
atau beberapa negara maju, hal tersebut dengan mudah diakses dan ditemui dalam
berbagai kesempatan.
Orang-orang
muda yang melihat informasi terbaru serta kegiatan amal tentu memiliki peluang
besar untuk sadar dan berbagi waktu menjadi seorang relawan. Berbeda dengan generasi
yang lebih tua. Mungkin saja hal ini juga berlaku di Indonesia. Secara
mendasar, perilaku menjadi relawan dipengaruhi oleh faktor psikologis dan
pengetahuan seseorang. Misalnya saja, empati, rasa tanggung jawab sosial, kesadaran
diri serta mengenal keberadaan organisasi non-profit.
Mereka yang rela
berdonasi uang
Sedangkan
untuk mereka yang berdonasi dengan uang memiliki karakter yang berbeda. Hal ini
cenderung dipengaruhi demografis dan masalah sosial ekonomi. Misalnya saja, usia,
jenis kelamin, beban keluarga, dan status pernikahan. Secara sederhana,
pengaruh donasi dengan uang lebih banyak dipengaruhi dari hal-hal di luar diri
seseorang. Berbeda dengan menjadi relawan yang berhubungan kuat dengan psikologis
atau faktor internal seseorang.
Dalam
hal usia, orang yang lebih tua cenderung berdonasi uang dibandingkan mereka
yang masih muda. Pada jenis kelamin, perempuan cenderung berdonasi uang dibanding
laki-laki. Pada masalah beban keluarga, ditemukan jika keluarga yang memiliki
satu anak atau lebih sedikit, cenderung mendonasikan uangnya dibanding mereka yang
memiliki beban keluarga lebih banyak. Sedangkan status pernikahan juga memberi
pengaruh, mereka yang telah menikah lebih besar kemungkinannya untuk berderma
dibandingkan yang masih lajang.
Nah,
kira-kira anda ada di kelompok apa? Semoga saja di kelompok yang lebih baik,
mereka yang rela berbagi uang dan waktu untuk sesama.