Bila Terlalu Fans, Awas Celebrity Worship Syndrome. Ini 2 Akibat Parahnya!
INDOPOSITIVE.org—Mengidolakan seseorang adalah hal yang wajar saja.
Tentu kita semua punya idola masing-masing untuk jadi panutan dan role model.
Meniru gaya hidup dari cara berpakaian, berdandan, shoping bahkan sampai cara
makannya sekalipun. Namun ketika terlalu obsesif terhadap kehidupan seorang
idola akan berdampak buruk terhadap kehidupan kita. Berhati-hatilah bila masih ketika
bangun tidur, anda langsung memikirkan Lee Min Ho, Zayn Malik, Black Pink,
Taylor Swift dan Soo Joong-Ki serta
selebriti lainnya. Jika dalam kondisi yang tak biasa atau dengan frekuensi yang
tak wajar, anda patut curiga. Jangan sampai kita sudah terpapar virus Celebrity
Worship Syndrome.
John Maltby, seorang peneliti di bidang tersebut
secara sederhana menjelaskan bahwa Celebrity
Worship merupakan rasa senang dengan selebriti atau idola tertentu yang
mempengaruhi kehidupan fans dan dapat digambarkan sebagai obsesif terhadap
sesuatu. Sementara itu dalam hubungan sosial disebut dengan istilah parasosial,
yaitu hubungan di mana orang lain tahu seorang idolanya tapi sebaliknya seorang
idola tidak mengetahui penggemarnya.
Di era digital ini dengan melalui media sosial sang
idola dapat dijangkau di mana pun berada untuk mengintip apa saja yang
dilakukannya. Menyisihkan sebagian waktu hanya untuk mengikuti kesehariannya.
Bahkan ada yang menyisihkan waktu dan materinya untuk menghadiri penampilan
panggung hingga ke luar negeri. Tak kenal jarak dan berapa rupiah yang harus
dihabiskan demi memenuhi hasrat kesenangannya.
Kesenangan itu hanya sementara saja dan tidak
menunjang kesejahteraan psikologis. Pendapat ini didukung oleh Maltby dan
rekannya, dalam penelitian yang berjudul The self-reported psychological
well-being of celebrity worshippers, yang dipublikasikan di tahun 2001 mengemukakan bahwa seorang sebagai celebrity worship itu akan berdampak
dengan kesejahteraan psikologis yang buruk. Selain mempunyai ambisi atau
keinginan tinggi mereka akan memberi jarak dengan lingkungan sosialnya. Di
Amerika, celebrity worship sudah dikategorikan
sebagai penyakit patologis.
Dengan adanya smartphone yang dilengkapi fitur canggih
akan mempermudah untuk berkomunikasi dengan sang idola sehingga jarak dan ruang
lingkungannya seringkali diabaikan. Menenggelamkan diri ke dalam kehidupan
seorang yang di idolakan akan memburamkan pengetahuan terhadap lingkungan
sendiri bahkan mengabaikan diri yang sebenarnya. Telah diungkap dalam
penelitian McCutcheon dan rekannya pada tahun 2003 yang berjudul Conceptualization
and measurement of celebrity worship dijelaskan
bahwa seseorang yang sangat lekat dengan kehidupan idolanya
mempunyai kreativitas , pengetahuan umum
dan pemikiran kritis yang cenderung rendah. Selalu mencari tahu di mana dan apa
yang dilakukan seorang idola tapi seorang yang di idolakan tak akan pernah
mengetahui siapa dan dimana penggemarnya. Ada yang sampai mengedit foto dengan
seorang idola hanya untuk memposting di media sosial, demi menunjukkan kepada
dunia bahwa dirinya bersama seorang yang selama ini diidolakan.
Kehidupan rumit serta berbagai tantangan yang memiliki
sisi misterius semakin menjadikan orang yang masyhur menarik untuk diikuti.
Menjadi inspirasi tersendiri untuk menghadapi berbagai permasalahan
sehari-hari. Menikmati suaranya dengan menyanyikan lagu yang menenangkan jiwa
tak ada masalah. Selain menjadi inspirasi, seseorang bisa bergabung dalam
komunitas fans serta saling mempererat hubungan emosional dengan para fans yang
lain dengan berbagai aktivitas bersama.
Membatasi intensitas mengikuti kehidupan dan
ketertarikan kepada seorang idola penting untuk dilakukan agar tidak mengganggu
kegiatan kita sehari-hari. Menerima secara bijaksana saran dari teman yang
masih peduli dengan mengesampingkan egosentrisme diri. Teman yang memberikan
komentar atau saran itu bukan berarti memprotes atau menolak tapi sebagai
sinyal bahwa lingkungan sekitar masih peduli terhadap kehidupan sosial yang
nyata.