Belajar 3 Tahapan Resiliensi dari Film Keluarga Cemara (2019)



INDOPOSITIVE.orgSetelah ditayangkan 3 Januari 2019 kemarin, Keluarga Cemara hadir dengan kemasan yang berbeda dengan sebelumnya. Jika dulu di tahun 90-an kita bisa menikmati serial TV Keluarga Cemara dalam bentuk episode dan beragam cerita, kini dengan film semua dikemas jadi satu. Diangkat dari novel Arswendo Atmowiloto, film Keluarga Cemara tahun 2019 ini mengalami sedikit adaptasi sesuai perkembangan hari ini. Ini bukanlah review film dari Keluarga Cemara, namun sekilas kami akan menceritakan beberapa hal tentang film tersebut.

Sebelumnya, pernahkah anda mendengar kata resiliensi? Nah, dalam film Keluarga Cemara ini, kita bisa sekilas mempelajari dan memahami resiliensi dari keluarga cemara, yang di dalamnya ada; abah, emak, euis, dan ara. Konflik bermula ketika abah mesti megalami bangkrut besar hingga seluruh hartanya disita. Yang tersisa hanyalah keteguhan hati seorang abah untuk membawa keluarganya tetap merasa tenang. Beruntung, keluarganya benar-benar mengerti dan mencoba menerima keadaannya.

Coba bayangkan, keluarga yang serba berkecukupan seketika mesti menghadapi hidup yang serba terbatas. Namun, dari keterbatasan itulah semua yang sebelumnya tak terduga, tampak satu per satu. Abah dengan sabar dan tabah menjalani kehidupan barunya yang boleh dibilang melarat. Pada titik inilah, resiliensi akan terlihat pada seseorang. Sekarang, pejamkanlah mata anda sejenak sembari membayangkan apa yang anda miliki hilang tiba-tiba dan bingung harus berbuat apa. Apakah posisi abah sesederhana itu? Tidak. Dia harus bertanggungjawab atas keluarganya. Dari titik kondisi tertinggi, jatuh di kondisi yang tak terduga.

Bagaimana sebenarnya resiliensi itu? Sederhananya, resiliensi adalah kemampuan untuk kembali bangkit dari kegagalan. Pernahkah anda melihat bola bekel yang dilempar keras, semakin keras lemparan itu, bola bekel akan terpelanting lebih tinggi. Jadi, daya lentur itu membuat kita tidak akan mudah patah, dalam artian hancur atau stress saat mengalami masalah berat. Karen Reivich dan Andrew Shatté, dalam bukunya The Resilience Factor; 7 Essential Skill For Overcoming Life’s Inevitable Obstacle menjelaskan jikalau resiliensi menjadi hal penting bagi seseorang dalam menjalani hidup yang sulit diterka. Berbagai rentetan masalah bisa saja membuat kita terjebak dalam keterpurukan. Bila tak memiliki daya lentur atau kemampuan bangkit, mungkin saja kehidupan akan semakin buruk.

Abah dalam film Keluarga Cemara, memperlihatkan resiliensi untuk mencari dan berjuang dengan pekerjaan barunya. Perihal apa pekerjaannya, mungkin akan lebih baik jika anda menyaksikan langsung di film Keluarga Cemara. Bukan hanya Abah, Emak, Euis dan Ara pun melakukan hal yang serupa. Virginia E. O'Leary, salah seorang peneliti dalam beberapa penelitiannya yang mengkaji resiliensi menjelaskan tiga tahapan yang dilalui saat terjadi resiliensi.

Pertama, Bertahan (Survival)
Pada tahap ini, seseorang atau kelompok mencoba bertahan dengan apa yang telah menimpa mereka. Seringkali pada tahap ini, kita belum mampu sepenuhnya menerima kondisi yang terjadi. Seperti halnya keluarga cemara yang mengalami konflik saat harus pindah ke rumah baru yang berbeda dengan rumah saat mereka masih kaya raya.

Kedua, Pemulihan (Recovery)
Pada tahap ini, seseorang akan mencoba untuk kembali mempersiapkan dan menjalani kehidupan barunya. Juga mampu untuk beradaptasi di berbagai kondisi yang menekan, walaupun masih menyisihkan efek dari perasaan negatif yang dialaminya. Emak mulai berjualan opak, Ara dan Euis pindah ke sekolah baru dan mesti beradaptasi. Semua itu menjadi bagian dari proses pemulihan setelah mengalami situasi yang sulit.



Ketiga, Berkembang Pesat (Thriving)
Pada tahapan ini, kita bukan hanya mampu kembali pada tahapan kondisi sebelumnya, namun mampu melampaui level yang ada. Pengalaman yang kita alami saat mampu mengahadapi dan mengatasi kondisi yang menekan, seketika menantang hidup untuk membuat kita menjadi lebih baik. Dan inilah yang terjadi pada abah dan keluarganya, ketika kembali menemukan nilai keluarga serta makna kebersamaan yang lebih dibanding kehidupan kaya raya yang mengorbankan kebersamaan.

Dan saat itulah, kita wajib menikmati OST. Keluarga Cemara dengan suara BCL yang serasi, sembari meresapi pesan jikalau keluarga sejatinya adalah harga yang paling berharga. Jelas!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel