Para Penikmat Kopi Memiliki Ingatan yang Lebih Baik, Benarkah?
INDOPOSITIVE.org—Pernahkah
anda menemui seseorang yang mengaku pelupa dan merasa setelah minum kopi
ingatannya akan lebih baik? Beberapa orang percaya bahwa menikmati kopi akan
memberikan kita sejumlah manfaat, salah satunya adalah meningkatkan daya ingat
kita. Kafein dalam kandungan kopi dipercaya mampu memberikan efek seperti itu. Tapi
apakah hal tersebut benar-benar terbukti?
Sebenarnya
kafein dan otak memiliki kerja yang beragam. Efek kafein yang meningkatkan
kesadaran atau kesiap-siagaan sudah terbukti sedari dulu. Lalu beberapa
penelitian pun menjelaskan bahwa kafein di kopi mampu mempengaruhi cara kita dalam
mengingat sesuatu. Ada yang mengatakan jika kafein membuat kita akan lebih mengingat
sesuatu saat kita berada pada kesempatan menyerap informasi dan ada pula yang
menjabarkan bahwa kopi hanya menambah kemungkinan kita mengingat hal yang keliru.
Salah
satu penelitian yang dilakukan di Johns Hopkins University, memberikan temuan
bahwa kafein memberikan manfaat pada otak kita. Hasil tersebut dapat kita baca
melalui penelitian yang berjudul Post-study
caffeine administration enhances memory consolidation in humans dipublikasikan
pada tahun 2014 melalui jurnal Nature
Neuroscience. Penelitian ini menjelaskan bahwa daya ingat kita akan
meningkat setidaknya hingga 24 jam setelah kita mengkonsumsi kafein.
Para
peneliti membagi dua kelompok, satu diberikan makan dan minuman kafein sebanyak
200 miligram lima menit setelah mempelajari rangkain gambar, dan ada kelompok peserta
yang tidak makan atau minum dan hanya diberikan plasebo atau sesuatu yang
sebenarnya tidak mengandung kafein sama sekali. Sebelum itu, saliva para peserta diambil untuk
diukur kadar kafein awal yang dimiliki. Saliva itu kembali diambil dari peserta
setelah 1, 3 dan 24 jam setelah penelitian dilakukan.
Keesokan
harinya, kedua kelompok diuji untuk mengenali gambar dari sesi belajar hari
sebelumnya. Pada tes, beberapa visual gambarnya sama dengan yang hari
sebelumnya, ada pula beberapa gambar tambahan baru, dan yang lebih rumit adalah
gambar yang serupa tapi tidak sama. Hasilnya, kelompok kafein cenderung mampu
menebak gambar yang serupa tapi tidak mirip dibandingkan dengan kelompok plasebo.
Para peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan peserta untuk mengenali gambar yang
serupa tapi tidak mirip membutuhkan kerja otak yang lebih sulit.
Berbeda
lagi dengan Gary Arendash, yang menjadikan kafein pada kopi sebagai terapi
dalam mengatasi penyakit Alzheimer. Penelitiannya yang berjudul Caffeine and Coffee as Therapeutics Against Alzheimer’s
Disease menjelaskan bahwa menikmati kafein sebanyak 500 mg atau 5 gelas
kopi sehari, mampu mengurangi risiko terkena penyakit Alzheimer.
Beberapa
penelitian tersebut masih dikembangkan dan masih terus diperdebatkan. Mengingat
bila kafein sendiri sebagai zat adiktif memberikan efek negatif seperti sulit
tidur, yang di sisi lain akan mengganggu proses kerja otak. Hal tersebut
memberi ruang bagi para peneliti untuk terus mengkaji dan melihat peran kafein
yang sebenarnya. Selagi itu, kita pun bisa menimbang-nimbang apa manfaat kopi yang
kita rasakan selama ini?