Menilai Perkembangan Moral Kita: Kira-Kira Kamu di Tahap Apa?



INDOPOSITIVE.orgMungkin sedari kecil kita pernah mendengar sebuah pertanyaan klise “harta atau nyawa?”  


Entah saat menonton televisi atau dari percakapan. Mungkin juga bukan mendengar, tapi kita sendiri yang mengatakannya saat bermain bersama beberapa teman. Lalu mungkin kita menemukan jawaban “atau” untuk menghindar dari memilih di antara keduanya. Secara sederhana, saat itu sebenarnya kita tengah bermain dalam apa yang disebut dilema moral.

Kita akan terus menghadapi berbagai pilihan dalam hidup yang membutuhkan pertimbangan baik atau buruk. Sejak kecil kita telah belajar untuk mengenalnya dan ternyata kemampuan moral seseorang akan berubah di setiap fase kehidupan. Lawrence Kohlberg merupakan salah satu tokoh dalam dunia psikologi yang memiliki penenilitian menarik dan populer mengenai moral.

Kohlberg melakukan penelitiannya melalui cerita-cerita, dan salah satu cerita yang paling terkenal adalah "Dilema Heinz". Kepada sejumlah anak-anak Kohlberg menceritakan seseorang bernama Heinz yang memiliki seorang istri dan menderita kanker yang akan membuatnya meninggal dalam waktu dekat. Namun, dokter memberitahu Heinz bahwa ada sebuah obat yang mungkin dapat menyelamatkan istrinya. Obat itu baru saja ditemukan oleh seorang ahli kimia setempat. Heinz segera mencari obat itu dan ternyata obat itu memiliki harga sepuluh kali lipat dari uang yang disiapkan oleh Heinz. Ia telah meminta bantuan keluarga dan kerabat namun tetap juga ia hanya bisa mengumpulkan setengah dari harga obat itu. Ia berusaha meminta harga dikurangi dan menceritakan bahwa istrinya akan segera meninggal, atau jika tidak, ia meminta agar dapat membeli dulu obatnya dan sisanya akan dibayar kemudian hari jika uangnya telah cukup.

Namun, penawarannya ditolak karena sang ahli kimia telah berusaha keras hingga menemukan obat itu dan akan mendapat penghasilan dari menjual obat . Sang suami begitu putus asanya dan di malam hari Ia membobol rumah sang ahli kimia dan mencuri obat itu.

Setelah itu, Kohlberg memberikan beberapa pertanyaan diantaranya, “mestikah Heinz mencuri obat itu?”, “apakah situasi akan berbeda jika saja Heinz tidak mencintai istrinya?”, “bagaimana jika yang menderita adalah orang asing, apakah akan terjadi hal yang berbeda?”, “apakah polisi seharusnya menangkap sang ahli kimia dengan alasan pembunuhan jika sang istri meninggal?

Kohlberg melakukan wawancara selama 2 jam kepada setiap anak dan ia terkesan karena setiap anak tidak hanya menjawab benar dan salah namun juga memberikan alasan yang berbeda-beda. Selama 20 tahun Kohlberg melakukan penelitian jangka panjang dan melakukan kunjungan setiap rentang tiga tahun kepada partisipan penelitian dan hasilnya mengejutkan. Bahwa dalam setiap tahap perkembangan, alasan akan berubah-ubah. Teorinya kemudian disebut dengan Kohlberg’s Stages of Moral Development.

Terdapat tiga tingkatan pertimbangan moral dengan masing-masing dua sub-kelas. Melalui tingkatan moral ini seseorang akan belajar dan menemukan pertimbangan baru yang berubah dari pertimbangan sebelumnya. Namun tidak semua orang dapat mencapai semua tingkatan perkembangan moral.

Tingkatan pertama adalah, Pre Konvensional, kesadaran moral kita ditentukan oleh standar orang dewasa di sekitar dan konsekuensi yang ditemukan ketika mematuhi atau melanggarnya. Wewenang berada di luar diri individu dan pertimbangannya berada pada konsekuensi fisik dari tindakan.

Stage 1, Obidience and Punishment Orientation.

Individu akan berlaku baik untuk menghindari hukuman. Jika seseorang dihukum maka berarti ia telah melakukan kesalahan.

Stage 2, Individualism and Exchange.

Tahap ini telah hadir kesadaran bahwa hal yang dikatakan benar oleh seseorang tidak berarti benar di mata orang lain. Setiap yang berwenang memiliki pandangan berbeda mengenai hal yang benar.
Tingkatan kedua, Konvensional, individu mulai menginternalisasi standar moral. Menginternalisasi wewenang namun tidak mempertanyakannya, dan mempertimbangkan hal-hal berdasarkan norma kelompok dimana individu terlibat didalamnya.

Stage 3, Good Interpersonal Relationship.

Individu berlaku baik karena ingin dinilai baik dari orang lain. Sehingga, jawaban-jawaban yang diberikan berkenaan dengan apa yang akan diterima orang lain.

Stage 4, Maintaining the Social Order.

Individu mulai menyadari luasnya aturan-aturan di lingkup sosial, sehingga mematuhi segala peraturan dan hukum yang berlaku dan menghindari kesalahan.

Tingkatan ketiga, Post Konvensional, Individu menilai berdasarkan prinsip diri, dan pertimbangan didasarkan keadilan dan hak individu. Level ini, menurut Kohlberg adalah pertimbangan moral yang paling jauh yang dapat dimiliki sebagian besar manusia. Hanya 10-15 % yang mampu mencapai titik pemikiran abstrak ini.

Stage 5, Social Contract and Individual Rights.

Individu menjadi sadar bahwa ketika peraturan atau hukum hadir untuk kemaslahatan orang banyak, terdapat beberapa situasi dimana hal tersebut akan buruk bagi kepentingan beberapa individu secara khusus.

Stage 6, Universal Principles.

Pada tahap ini, individu menemukan dan mengembangkan garis pedoman moralnya sendiri, yang mungkin saja sejalan atau tidak sejalan dengan hukum. Di mana prinsip-prinsip ini dapat berlaku pada siapapun. Misalnya saja hak asasi manusia, keadilan, dan kesetaraan. Seseorang akan bersiap untuk mempertahankan prinsip-prinsip ini meskipun ini berarti menentang sebagian masyarakat di dalam prosesnya dan membayar konsekuensi yakni tidak diterima dan dipenjara seumur hidup. 


Kohlberg merasa ragu dan beranggapan  hanya seidikit orang yang dapat sampai ke tahap ini. Sekalipun penelitian ini memiliki beberapa bias dan kekurangan selama melakukannya. Namun tetap saja ini menjadi penemuan yang menarik untuk ditelusuri dan dikembangkan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel