Mengulas Enam Hal Penting dari Sosok Bijaksana

INDOPOSITIVE.org — Sulit untuk menjelaskan kapan seseorang dianggap bijaksana. Perilaku bijaksana sendiri tidak akan selalu mudah untuk dimengerti. Beberapa penelitian telah mencoba untuk mengkaji topik kebijaksanaan dengan belajar dari berbagai sejarah dan literatur. Salah satu cara yang dapat diamati dalam melihat kebijaksanaan seseorang adalah dengan melihat alasan dari perbuatan yang dilakukan. Hal ini yang pada akhirnya menjadi salah satu topik yang dikaji oleh para peneliti kebijaksanaan dan dikenal dengan istilah Wise reasoning.

Wise reasoning merupakan kemampuan individu dalam memberikan penalaran terhadap kondisi yang ada. Hal tersebut akan diukur dengan menggunakan enam aspek yang diperoleh dari penelitian sebelumnya. Penelitian yang bersumber dari sejumlah cara memecahkan masalah yang dikumpulkan. Semua itu diperoleh dari beberapa orang yang dianggap sebagai tokoh yang bijaksana. Igor Grossman di tahun 2011 kemudian mengembangkan wise reasoning dalam beberapa penelitian. Adapun keenam aspek tersebut adalah sebagai berikut:



Pertama, Perspektif, yakni kemampuan individu untuk melihat sebuah kondisi dengan menggunakan perspektif orang lain. Individu tidak hanya menggunakan pandangan pribadi, tetapi dapat menggunakan pandangan orang lain dalam menanggapi sebuah peristiwa. Kemampuan ini akan menggambarkan cara seseorang dalam bersikap serta memilih langkah yang tidak terburu-buru.

Kedua, Perubahan, yakni kemampuan individu untuk menyadari berbagai kondisi yang dapat berubah – ubah. Perubahan dapat terjadi secara besar atau kecil, namun individu harus tetap memahami bahwa dalam sebuah peristiwa selalu ada kemungkinan untuk terjadi perubahan.

Ketiga, Fleksibel, hal ini membuat individu mampu memandang berbagai kemungkinan yang akan terjadi, dan melihat bagaimana peristiwa akan berakhir dengan beberapa kejadian. Mungkin ini serupa dengan poin kedua, namun hal ini lebih pada hasil akhir akan suatu peristiwa.

Keempat, Keterbatasan, yakni kemampuan  individu dapat memahami kekurangan yang dimiliki dalam hal pemahaman terhadap kasus. Respon pada kasus yang berlangsung ditanggapi dengan melihat kemampuan yang dimiliki, mengerti atau belum dimengerti. Individu harus menyatakan diri bahwa kemampuannya sepadan dengan pemahaman terhadap masalah yang terjadi.

Kelima, Kompromi, yaitu kemampuan individu untuk dapat melibatkan diri dalam kasus yang terjadi. Pada tahap tersebut kompromi akan dinilai berdasarkan bentuk bantuan yang dilakukan oleh individu.

Keenam, Resolusi, yaitu kemampuan individu memiliki resolusi dalam peristiwa yang terjadi dan memberikan gambaran akan peristiwa yang terjadi selanjutnya. Keenam aspek itu kadang kala muncul secara menyeluruh namun tidak serta merta seseorang dapat memiliki keenam aspek dalam waktu bersamaan. Namun, seiring pertumbuhan kebijaksanaan seseorang, keenam hal tersebut bisa saja akan terus berkembang dan semakin lebih baik dalam memandang sebuah permasalahan atau mencari dan menemukan solusi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel