Cerita Menuju Generasi Positif

INDOPOSITIVE.org  ─ Positive Youth Project! Hero... Hero... Hero!!! Tepat seminggu yang lalu bertempat di ATKP Makassar, serangkaian kegiatan Positive Youth Project 2016 terlaksanakan dengan sukses. Ini merupakan pengalaman kedua bagi saya untuk mengikuti kegiatan seperti ini. Ditambah lagi dengan konsep kegiatan yang mengusung tema tinggal bersama di asrama. Saya sempat ragu apakah saya bisa lolos atau tidak, tetapi alhamdulillah keraguan saya itu tidak berarti dan saya merasa sangat beruntung.

Di depan asrama sebelum 25 peserta kembali ke rumah masing-masing

Pada awalnya, ketika mengisi form di bagian “isu/masalah sekitar”, saya sempat merasa bingung. Masalah apa yang harus saya ajukan? Kemudian saya pun memutuskan untuk mengangkat salah satu masalah utama di lingkungan sekolah saya, yaitu tentang kepengurusan OSIS, walaupun saya sendiri bukan anggota OSIS.

Sebelumnya, saya berpikir bahwa masalah dan solusi yang diajukan dalam form itu hanya sebatas isian belaka, tidak akan diperbincangkan lagi di kegiatan PYP. Tetapi, mungkin inilah jalan yang sudah digariskan Allah untuk saya agar bisa membantu menyelesaikan permasalahan di sekolah saya melalui kegiatan PYP. Saya setuju dengan perkataan salah satu tim volunteer, "Tidak ada yang namanya kebetulan, karena percayalah semesta sedang merencanakan sesuatu untuk kita". Saya yakin bahwa inilah salah satu rencana-Nya bagi saya dengan berkumpul bersama kakak-kakak panitia dan teman - teman peserta PYP lainnya, bersama-sama belajar dan menjadi generasi positif.
***
Tiga hari yang singkat selama Positive Youth Project sudah diisi dengan kebersamaan yang tak ternilai oleh kita semua.  Kita belajar, bermain, berinteraksi satu sama lain, hingga akhirnya menjalin hubungan pertemanan. Banyak hal-hal baru yang saya dapatkan melalui kegiatan ini. Kisah- kisah inspiratif dari para pemateri dan kakak panitia sudah membuka pikiran saya untuk lebih memperhatikan lingkungan sekitar. Saya sebenarnya adalah tipikal orang pemalu. Saya lebih banyak diam jika bertemu dengan orang-orang baru. Namun selama kegiatan, saya berusaha membuka diri untuk bisa berbaur dengan teman yang lain. Sebab saya yakin, mereka semua adalah orang-orang yang positif dan bisa menerima saya.
Kintan bersama tim outbound-nya yang berhasil jadi juara!

Hingga akhirnya, kita semua tiba pada hari ketiga. Inilah hari terberat bagi kita semua. Setelah melaksanakan kegiatan outbound, kita semua berkumpul di gedung serba guna ATKP Makassar dengan membawa koper dan barang-barang kita. Saya sudah yakin bahwa ini akan menjadi bagian yang terberat. Mungkin bagi kakak-kakak dan teman-teman yang lainnya pun sama. Inilah saatnya bagi kita untuk mengucapkan salam perpisahan. Makan bersama, bermain bersama. Semuanya menjadi yang terakhir saat itu. Duduk dan menjadi bagian dalam lingkaran positif  ketika acara tukar kado, kembali menyadarkan saya atas perpisahan yang tinggal beberapa menit lagi.

Sesuatu seperti meremas perasaan saya. Berpisah dengan mereka seperti merelakan sesuatu yang sudah menjadi milik kita. Sekali lagi, rasa kebersamaan dan kekeluargaan itu sudah tumbuh dalam diri saya. Jika saya bisa memilih, saya ingin berlama-lama berada di antara orang - orang hebat ini. Tetapi, perpisahan pastilah ada. Dan perpisahan inilah yang paling berat.

Perpisahan itu pun akhirnya terjadi. Setelah berpamitan dan berkesempatan berfoto bersama teman-teman dan kakak panitia, saya dan rekan sedaerah saya harus segera meninggalkan lokasi. Langkah pertama saya keluar dari gedung, rasanya sedih. Sedih sekali. Ini terasa sedikit asing. Saya menengok sekilas ke dalam gedung, ingin sekali rasanya saya masuk kembali ke dalam. Selangkah demi langkah hingga langkah terakhir saya sebelum masuk ke dalam mobil. Perasaan sedih itu tidak bisa saya bendung lagi. Setetes air mata mulai jatuh kemudian disusul teman-temannya yang lain. Sedih. Hanya itu. Apakah orang lain juga merasakan hal yang sama ? Saya tidak tahu jika ada seseorang yang tidak meneteskan air matanya walau setetes pun ketika melewati fase yang namanya perpisahan.

Saya memutuskan untuk segera masuk ke dalam mobil. Berdiam diri terlalu lama juga tidak terlalu baik sementara teman saya yang lain sudah ada di dalam mobil. Mobil pun mulai melaju meninggalkan gedung tadi.  Lambaian tangan dua orang kakak panitia melepas kepergian kami.

Melewati perbatasan Maros-Makassar, saya hanya bersandar di jok mobil sambil memandang lurus ke luar jendela. Sekali lagi, rasanya sangat sedih. Dalam hati saya  kembali berdoa dan mengutus harapan, saya pasti akan melanjutkan apa yang saya dapatkan selama tiga hari ini. Saya akan menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Dan saya akan berusaha memegang kepercayaan yang telah diberikan kakak-kakak panitia yang setia mendampingi saya. Doakan yang terbaik untuk kita semua. Semoga kita bisa kembali bertemu dan bercerita mengenai kisah-kisah luar biasa dari kita.
***
Hingga hari ini, saya sudah banyak belajar dari kegiatan PYP 2016 beberapa waktu yang lalu. Saya belajar bagaimana memandang suatu permasalahan, mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut dari kakak-kakak panitianya. Saya juga belajar banyak dari teman-teman baru saya mengenai solidaritas, kebersamaan, kepekaan dan kepedulian dengan lingkungan sekitar serta masih banyak lagi.

Begitu banyak pengalaman, kenangan kebersamaan yang kita dapatkan melalui kegiatan Positive Youth Project ini. Yang saya sebutkan di atas hanya sebagian kecil. Percayalah, jika bagian demi bagian dari kejadian-kejadian selama kegiatan ini saya ungkapkan serinci mungkin. Mungkin tulisan ini akan menjadi lembaran-lembaran yang sangat banyak. Terima kasih kepada seluruh kakak panitia, teman – teman, dan para pemateri yang sudah memberikan motivasi dan inspirasi bagi saya.
***
Sebelum menutup tulisan ini, saya ingin bercerita sesuatu hal terlebih dahulu. Beberapa hari yang lalu,  tepatnya tanggal 7 Mei 2016, saya berkumpul bersama anak-anak di taman sambil belajar bersama. Di sana saya bertemu seorang anak perempuan yang sangat pendiam dan penyendiri. Ketika saya mencoba bertanya tentang dirinya, suatu kenyataan miris saya dapatkan. Dia adalah seorang siswa kelas 3 SD dan sudah berusia 13 tahun tetapi belum bisa mengeja namanya sendiri. Bahkan untuk mengenali huruf alfabet,  dia masih terbata–bata. Saya khawatir dengan masa depannya.

Kintan dan timnya siap memulai aksinya. SEMANGAT!
Saat itulah, saya merasa ingin membantunya. Saya peduli dengan nasib anak itu. Mungkin, dia adalah satu di antara masih banyak anak lain yang bernasib sama. Saya berpikir bahwa anak-anak seperti dirinya butuh bantuan dan kepedulian dari kita yang mampu, karena kepedulian sekecil apa pun akan sangat berarti bagi mereka yang kekurangan.

Untuk itulah, saya semakin bersemangat untuk menjalankan project social yang saya usung bersama forum anak di Selayar (FANTASI) yang bertujuan untuk membantu anak-anak mengenali impian mereka melalui tulisan.


Semoga melalui kegiatan-kegiatan sosial seperti ini kita bisa membantu orang lain yang membutuhkan di luar sana. Terus bersemangat untuk teman-teman saya yang sedang melaksanakan project-nya. Tetap berpikir positif bahwa kalian bisa mewujudukan apa yang sudah menjadi target kalian masing-masing.

*Muthia Kintan Fais, siswa SMAN 1 Benteng, Selayar. Salah seorang peserta Positive Youth Project 2016

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel